Dalam rawatan Allah datangkan kekakuan. Menghadiahkan peluang menetapkan keputusan keputusan besar yang datang macam awan hitam tebal sebelum hujan, sekelompok melekit atas kepala, otak seakan koma. Ada yang bertanya aku kenape? Aku memandang dengan pandangan meminta pertolongan, ingin menggerakkan bibir kaku, tapi lalu tiada ape yang keluar dari mulutku. Hanya bayangan bunyi cengkerik, krik, krik.....
Lalu masa tu aku mengwardkan diri, berborak dengan Allah.
Allah hadiahkan banyak buku sebagai ubat luka, menampal kulit baru, satu demi satu... semakin tebal, semakin tebal, tebal..., lagi tebal...
Maka bandage yang sedikit itu sedah tidak cukup untuk membalut. Lalu aku membuangnya di semak tepi rumah, kembali ke Beijing dengan kulit-kulit baru.
Pada semester ini, cerita ini bermula dengan sangat ain, sangat lain. Aku pulang dengan badan yang sedia letih tapi tetap bersedia untuk diexhaustkan dengan perasaan yang sangat sangat willing. Tiba-tiba kudrat yang tidak biase diam ini menerima pelbagai hadiah demi hadiah. Its been a long day since the last time aku merasa kudrat ini hidup. merasa bernafas, merasa tenang.
Masa ini luka masih berparut,
kudrat ini ditampal satu demi satu oleh sakit-sakit dunia tapi
eh hati, kau tampak montel?
No comments:
Post a Comment